Sistem Koordinasi Proprioseptis

Sistem Koordinasi Proprioseptis

(koordinasi mata, telinga tangan dan kaki )

 

Reseptornya terletak di dalam otot-otot dan persendian kita, dan pada sistem indera Taktil yang bergabung dengan sistem indera vestibular. Fungsinya untuk memberikan informasi pada otak mengenai seluruh koordinasi dari anggota tubuh kita, yang diekspresikan melalui gerakan-gerakan tubuh yang secara sadar terkoordinasi. Sistem ini merupakan sistem indera yang berkembang pada akhir dari usia perkembangan anak. Karena merupakan sistem ini merupakan sistem indera gabungan dari sistem taktil dengan sistem vestibular . Karena itu jadi tentunya merupakan sistem yang tersulit yang juga antara lain merupakan sistem terpenting karena melalui sistem inilah kita akan menjalani hidup kita sehari-hari hingga akhir hayat kita.

 

Sistem Indera proprioseptis memberikan informasi kepada kita :

  • Gerakan koordinasi motorik kasar dan halus yang membutuhkan ketepatan dengan benar.
  • Mengetahui posisi anggota tubuh kita. (Body schema)
  • Dapat membagi energi kita pada saat yang tepat, misalnya pada saat memegang pensil dan menggunakannya atau kita sedang mendorong lemari.

 

Seperti yang sudah dibahas di atas sistim indera proprioseptis merupakan kerja sama antara sistim indera vestibular dengan sistim indera taktil, dan bila ketiga sistem berfungsi dengan baik maka akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari, bahwa kita dapat mengerjakan aktivitas gerakan tubuh dengan baik tanpa kita harus selalu melihat kecermin seperti misalnya untuk mengancingkan baju, atau meminta bantuan orang pada saat ingin mengikat tali sepatu, menulis , bersepeda, melompat-lompat di trampolin, menaiki tangga. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa harus menunggu perinta/instruksi dari orang lain serta dapat melakukan gerakan-gerakan tepat dalam olahraga dll,dll

 

Bila ada gangguan sensori pada sistem proprioseptis maka :

  • Gerakan tubuhnya akan kikuk dan tidak terkoordinasi.
  • Sering tersandung atau terjatuh dan menginjak-nginjak benda yang ada dilantai.
  • Tidak dapat memulai untuk mengerjakan sesuatu tanpa terlebih dahulu melihat kekiri dan kekanan.
  • Sering jalan berjinjit,  menghentak-hentakan, atau menyeret kakinya.
  • Sering menendang kakinya sendiri, bila sedang berjalan sehingga terjatuh.
  • Sering berlari tanpa bisa berhenti (kurang dapat membagi energi).
  • Cenderung ingin menarik-narik, atau mendorong  barang yang besar dan berat.
  • Kurang bisa mengukur kekuatannya sendiri, kadang terlalu kuat kadang terlalu lemah.

 

Pengaruhnya pada belajar dan perilaku

  • Sering mematahkan alat-alat tulis.
  • Menekan pensil terlalu keras atau terlalu lemah pada kertas.
  • Tidak dapat duduk dengan rapi dan tenang di kursi.
  • Selalu mengganggu teman duduknya dengan menarik-narik barang temannya.
  • Meja belajarnya selalu berantakan, tidak pernah tahu dimana dia meletakan barang-barangnya.
  • Sering menjatuhkan benda-benda disekitarnya atau tanpa sengaja merusaknya karena memegangnya terlalu kuat atau terinjak.
  • Senang mendorong atau menarik meja , atau menekan kursi kedepan atau kebelakang dengan badannya, sehingga mengganggu suasana kelas.
  • Umumnya tidak pernah merasa bersalah dengan tingkah lakunya itu sehingga tanpa disadari sering membuat keributan dan ahkirnya dia sendiri akan marah dengan mengangkat-angkat barang atau melemparkannya.

 

Penanganan pada anak gangguan Proprioceptis:

  • Memberikan pelatihan motorik kasar yang lebih bernuansa olahraga team dan kompetisi.
  • Memberikan pelatihan gerak dan lagu, anak diajak bertepuk tangan sesuai instruksi, mederapkan kaki bersamaan dengan tepukan tangan, belajar mengkuti irama musik dengan tepuk tangan atau dengan ketukan jari dan lain2.
  • Memberikan pelatihan Visualmotorik itu sudah termasuk mengurus diri sendiri dari mulai bangun tidur hingga mau berangkat sekolah (ADL).
  • Ø Memberikan pelatihan mengurus diri sendiri, mulai dari makan sendiri sampai dengan pakai sepatu sendiri (ADL)

 

Diharapkan bila para terapis dan ortu memahami ini semua, maka kelak penanganan pada ABK tidak perlu lagi menjadikan suatu permasalahan yang besar.

 

Jakarta, 16.06.2014

Ratih Zimmer Gandasetiawan, Dipl. Phys. T

Leave a comment