Kambing Untuk Lukman

by Endah W Soekarsono

1 November 2011, 09:03 (saya mengirim SMS kepada mama Lukman, salah seorang murid SD kami yang memiliki kecenderungan autistik)

Mama Lukman, mau mengajarkan konsep kurban ke Lukman? Tapi lebih ke sensasi membeli kambing, merawat, mengenali bagian kambing, dan menyerahkan ke mesjid ya, bukan pemotongannya.

1 November, 09:07 (setelah dibalas oleh Mama Lukman: “Mau, tapi gimana caranya?”)

Kalau berkenan, boleh kambingnya di sini? Tapi kalau memang mau memotong kurban ya, dan tidak ada tempat khusus yang dituju.

1 November, 09:14 (setelah dibalas lagi, bahwa akan ditanyakan ke papanya. Mama Lukman menambahkan bahwa Reza, kakak Lukman, mungkin akan senang saja bila kambing mereka dikirim ke Tetum, sekalipun papa mamanya belum pernah berkurban di sekolahnya. Reza ketika TK bersekolah di Tetum, dan kini kelas IV SD di Depok).

Iya, seandainya bisa buat Lukman, mungkin akan berarti, karena dia lagi menikmati bersama teman. Meskipun akan ada kambing yang direncanakan akan “dibeli” oleh Kelas Merkurius, akan berbeda kalau Lukman “punya kambing”. Di rumah dia mendengar diskusi tentang hewan kurban. Saya terinspirasi ini setelah lihat Lukman begitu tekunnya menggambar di antara Pandya dan Raffi.  Dan tadi saya berpapasan dengan Lukman saat berjalan bersama teman-temannya ke kebun untuk bermain musik.

(melakukan kegiatan motorik halus, ataupun kegiatan bersama kelompok adalah “sesuatu” dengan proses panjang, dan tidak mudah, bagi Lukman sejak dia berada di Kelas Darat, empat tahun lalu). Continue reading